Minggu, 22 September 2013

Sudamala sebuah sumber mata air suci


        Aku lupa kapan terakhir kami bermain bersama-sama, ini masih kisah masa cinta kecilku bersama tatapan mata dan perhatiannya yang belum terlupakan.

Detik ini aku mengenang sebuah pejalanan menyusuri jalan di wilayah kabupaten Bangli prov.Bali, memasuki sebuah perkampungan yang kental dengan adat pulau dewata, bunga-bunga dan dupa bercampur wanginya, ini Banjar Bebalang bagian dari wilayah kerajaan Bangli yang pada masa ini menjadi salah satu kabupaten di provinsi Bali.

Banjar setara dengan kelurahan, jika ada bangunan balai desa maka disini kami menyebutnya balai banjar, balai banjar Bebalang sudah kami lalui dengan canda cinta kecil kami diiringi sorak teman-teman yang menggoda kami “we ngeroman . . .” translate dari istilah pacaran untuk daerah Bangli dan wilayah Bali pada umumnya.

Perjalan kami semakin memasuki desa kemudian menembus hingga tepinya yang menyerupai hutan alam tapi sebelum sampai kesana kita akan ditarik berhenti oleh keindahan sebuah sungai yang ber air jernih, pasir dan bebatuan di dasarnya terlihat jelas karena memang permukaan air sungai dimusim kemarau tidak terlalu dalam, tertantang untuk merenanginya atau sekedar berendam menikmati sejuk air sungai sudamala, sungai ini berada tak jauh dari sebuah mata air suci “Tirta” penyebutannya disini, bukan air biasa tetapi air yang lazim digunakan oleh para pamangku adat, idapadande para pemimpin agama Hindu ketika menyelenggarakan ritual-ritual suci di Pura atau untuk keperluan religious lainnya, begitu sakralnya mata air tersebut sehingga sungai yang mengalir didekatnya mendapatkan nama sudamala pula, sesuai dengan sebagian asal air sungai tersebut datang.

Tidak cukup dengan berenang dan berendam diiringi canda tawa kami mulai menyusuri sungai sudamala.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Inspirasi dan referensi pengembangan blog ini nununggu komentar anda.
Link ke posting ini / Buat sebuah Link